bekerja dengan keberkahan

bekerja dengan keberkahan
masjid AL-BARKAH Kota Bekasi

Rabu, 06 November 2013

Pengolahan Sampah Organik


Oleh : Maryana Ahmad
 
Memulai hal baru, jalan yang mesti dilintasi selalu berliku. Bahkan, di suatu persimpangan mesti ditempuh sebuah tanjakan terjal, turunan yang curam dan melintas di jalan kecil yang penuh dengan onak dan duri. Di satu titik dapat tersandung dan di titik lain bisa jatuh terjerembab. Namun, di ujung perjalanan, indahnya kemenangan sudah menanti. Kemenangan untuk merengkuh sebuah pengalaman baru. Pengalaman dengan sarat pembelajaran untuk kemanfaatan masyarakat. InsyaAlloh.

Ya, hal baru itu sedang diperjuangkan oleh Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Amanah, Kelurahan Kayuringinjaya, Kecamatan Bekasi Selatan. Berawal dari menggunungnya sampah di lingkungan RW 5, Koordinator BKM amanah Moh. Djafar, mencoba menggandeng Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT) untuk dapat turut menangani persoalan tersebut. Diajaknya Tim BPPT untuk meninjau lokasi TPS, kunjungan lapang ke pengolahan sampah di Sekelimus, Kota Bandung, dan kemudian merangkul Kelompok Pecinta Lingkungan dari Universitas Padjadjaran untuk mengadakan sosialisasi kepada masyarakat.

Bertempat di ruang pertemuan kantor PKK Kelurahan Kayuringinjaya, BKM dan BPPT, memfasilitasi kegiatan sosialisasi Pengolahan Sampah Organik dengan Fermentasi An Aerob (FAA). Kegiatan yang dilaksanakan pada hari Jumat 12 April 2013 tersebut, dihadiri oleh pengurus RT dan RW, LSM, Pimpinan Kolektif  BKM, KSM, Tim 6 dan aparat kelurahan serta perwakilan dari BKM Kelurahan Margahayu dan Kelurahan Kota Baru. Turut hadir perwakilan dari BPPT, yaitu Imam Satrio dan Yanto, Sekretaris Lurah Abdul Hamid dan narasumber, Iman Hernaman.

Dalam sambutannya, Moh. Djafar menyatakan bahwa persoalan lingkungan dalam hal penanganan sampah, merupakan salah satu program yang diusung oleh BKM berdasarkan usulan masyarakat. Langkah awal yang ditempuh adalah dengan melaksanakan sosialisasi dan akan dilanjutkan dengan kegiatan lainnya. Moh Djafar, yang juga merupakan Ketua Forum BKM Kota Bekasi itu berharap agar Program Pembangunan Partisipatif Berbasis Komunitas (P3BK)—sebuah program lokal yang diluncurkan tahun 2011 dan dikelola BKM—dapat memfasilitasi usulan masyarakat untuk penanganan/pengelolaan sampah.

Sementara itu, Sekretaris Lurah Kayuringinjaya Abdul Hamid, menyatakan bahwa persoalan sampah menjadi masalah umum yang terjadi hampir di semua kota. Apa yang dilaksanakan oleh BKM, hendaknya bisa berlanjut hingga adanya realisasi. Diharapkan kelurahan kayuringinjaya bisa menjadi percontohan dalam penerapan pengolahan sampah Kota Bekasi.

Narasumber Imam Hermawan memaparkan, sampah bisa dipandang sebagai masalah atau berkah. Sampah sebagai masalah jika tidak ditangani dengan baik. Sebaliknya, sampah dapat menjadi berkah,  jika dapat ditangani dengan baik. Kunci untuk dapat menangani dengan baik adalah dengan ilmu.

Jika tidak ditangani dengan serius dan menyeluruh, sampah bisa menjadi bom waktu. Persoalan yang di suatu waktu akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan manusia. Masalah yang dapat ditimbulkan dari sampah, antara lain, lingkungan yang kotor dan bau, drainase tidak berfungsi maksimal, pencemaran sungai, kualitas air turun, banjir, dan lain-lain.

Berdasarkan UU No. 18 tahun 2008, penanganan sampah didasarkan pada Konsep 3 R, yaitu Reduce, Reuse dan Recycle. Penanganan sampah yang umumnya dilakukan pemerintah daerah bersifat sementara dengan pola pengumpulan, pengangkutan dan penumpukan. Pola ini tidak berjalan optimal karena armada yang terbatas, armada yang ada mengalami kerusakan karena licit dari sampah yang diangkutnya, biaya yang tidak memadai dan keberadaan TPA yang justru sebenarnya ditolak warga setempat.

Penanganan lebih lanjut dilakukan dengan pemilihan dan pemilahan sampah organik menjadi pupuk kompos/pengomposan. Pengomposan dilaksanakan dengan sistem aero. Pengomposan memiliki kekurangan antara lain menimbulkan bau, tidak praktis karena harus membolak-balikkan sampah, memerlukan lahan yang luas dan produk yang dihasilkan hanya 1 jenis, yaitu pupuk padat.

Penanganan Sampah Organik dengan FAA memiliki beberapa keunggulan, yaitu penanganan yang terpusat di satu lokasi dengan lahan yang tidak luas, 2 meter x 5 meter dapat mengolah sampah organik yang dihasilkan oleh 600 KK. FAA praktis karena hanya mengumpulkan kemudian memasukkan sampah ke dalam instalasi/biodigester reactor tanpa harus membolak-balikkan sampah tersebut, ramah lingkungan karena tidak menimbulkan bau, sederhana dan mudah karena hanya memerlukan instalasi, mesin pencacah dan generator, tuntas tanpa endapan dan menghasilkan berbagai produk, yaitu pupuk cair, biogas dan listrik.

Tahapan pengolahan sampah organik FFA diawali dengan kegiatan sosialisasi, survai lokasi, rembug warga, pembuatan instalasi, pelatihan teknis dan pendampingan/perawatan. Sementara pupuk cair yang dihasilkan dikenal dengan Pupuk Organik Cair (POC). Pupuk tersebut dapat digunakan untuk jangka panjang karena 1 liter POC bisa dicampur dengan air hingga 200 liter. POC yang dihasilkan oleh KPL Unpad, telah diujicobakan untuk meningkatkan hasil dari tanaman ubi jalar, ubi kayu, kol, petcai dan padi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar